Usaha peternakan ayam selalu menyimpan potensi menjanjikan. Namun, jenis
ayam yang saat ini digandrungi masyarakat Sidenreng Rappang (Sidrap),
bukan ayam biasa, melainkan ayam ketawa.
Laporan:
MAHATIR MAHBUB, Baranti, Sidrap
Ayam spesial ini disukai karena memiliki suara yang khas. Sepintas tidak
ada perbedaan antara ayam ketawa dengan ayam jantan pada umumnya. Mulai
dari warna serta karakternya. Kenapa disebut ayam ketawa? Sudah jelas
karena ayam ini mengeluarkan suara atau kokok yang berbeda dengan ayam
kebanyakan. Ayam ini mampu mengeluarkan suara yang unik, seperti orang
sedang tertawa. Yang mendengarnya pun pasti akan ikut menertawakannya.
Untuk jenis ayam ketawa unggulan, konon mampu menghasilkan suara
selama hampir satu menit tanpa putus. Menurut legenda masyarakat Sidrap,
ayam ini dahulu hanya dipelihara para bangsawan Bugis dan merupakan
simbol status sosial. Itulah sebabnya mengapa jumlah ayam jenis ini
masih terbilang langka.
Untuk melestarikannya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidrap kerap
menggelar pameran dan perlombaan ayam ketawa agar masyarakat kian
tertarik membudidayakannya. Terlebih keunikan suara ayam ini diyakini
mampu mendatangkan berkah.
Seperti pengakuan salah seorang peternak ayam ketawa, H Zulkifli
Sain. Warga Desa Passeno, Kecamatan Bintara, Sidrap ini mengatakan,
bisnis ayam ketawa memiliki potensi yang luar biasa. Untuk ayam berusia
tiga bulan saja, kata dia, harganya sudah bisa mencapai Rp 3 juta per
ekor. Beda jika ayam ketawa unggulan atau sudah ikut kontes, harganya
bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Zulkfili yang akrab disapa Haji Piling ini mengaku sudah sepuluh
tahun lebih beternak ayam ketawa. Itu bermula dari hobby beternak ayam
dan senang mendengar suara khasnya. Untuk memelihara ayam ketawa, kata
dia, tidaklah sulit. Cukup diberi makan berupa jagung dan pur, serta
vitamin.
"Agar kualitas suara kokoknya semakin bagus dan semakin lama. Biar
harganya pun ikut melangit. Tidak tanggung-tanggung ada saja yang mau
membeli sampai harga Rp 25 juta, untuk kelas standar atau baru sekali
ikut kontes," ungkapnya, Sabtu, 18 September.
Haji Piling menjelaskan, ayam ketawa biasa juga disebut ayam gaga.
Dalam bahasa Bugis, disebut pula Manukgaga yang artinya ayam
tergagap-gagap. Penyebarannya mayoritas di wilayah Ajattapareng,
seperti Parepare, Sidrap, Barru, dan Pinrang, kemudian meluas ke daerah
Jawa.
Khusus di Sidrap, ayam ketawa hanya dapat ditemukan di sekitar
Kecamatan Panca Rijang dan Baranti. Di antaranya di Kampung Simpo,
Arasi’e, Rappang, Benteng, Paseno dan Tonronge. Kampung-kampung ini
merupakan kampung tua yang masuk dalam wilayah bekas pusat Kerajaan
Bugis.
Selain melalui pameran dan perlombaan, lanjut Haji Piling, demi
menunjang pelestarian sekaligus pemasyarakatan jenis ayam langka ini,
dibentuklah beberapa komunitas. Persatuan Pemerhati dan Pelestari Ayam
Gaga Indonesia atau P3AGI.
Kemudian Asosiasi Pencinta Ayam Gaga Indonesia (ASPAGIN), dan Pencinta Ayam Gaga Indonesia (PAGI).
"Tentu upaya ini tidak akan berjalan maksimal tanpa melibatkan
komunitas-komunitas tersebut. Terkhusus Pemkab Sidrap dan Pempropv
Sulsel. Tidak kalah pentingnya, kami membutuhkan perhatian khusus
media," pungkasnya.
Haji Piling pun menyebutkan, sekarang ini beberapa petinggi daerah
(khususnya di wilayah Ajattappareng) mulai menggandrungi memelihara ayam
ketawa. Selain Bupati Sidrap, Rusdi Masse, Wali Kota Parepare, Mohammad
Zain Katoe dan Bupati Enrekang, Latinro Latunrung, ada di antara
petinggi daerah tersebut.
Kendati ayam ketawa ini berasal dari Kabupaten Sidrap, namun
kesadaran masyarakat untuk mengembangkannya masih terbilang minim.
Padahal, menurut Haji Piling, beternak ayam gaga mampu mengembangkan
perekonomian masyarakat. Sama halnya di daerah Jawa, antara lain di
Surabaya, Yogyakarta, Solo, dan Malang.
"Per minggu permintaan ayam ketawa dari daerah Jawa antara 20 ekor
hingga 30 ekor. Untuk per ekornya, saya mematok harga Rp 500 ribu dengan
usia 10 hingga 15 hari," sebutnya.
Menurut Haji Piling, di daerah Jawa pengembangbiakan atau peternakan
ayam ketawa kian meningkat. Bahkan para peternaknya sudah mampu meracik
makanan serta vitamin khusus guna menjaga kualitas suara ayam ini.
"Inilah yang kami khawatirkan. Tidak menutup kemungkinan, ayam istimewa
ini akan punah di daerah asalnya," imbuhnya.
Adapun ayam ketawa yang digemari; yakni Bakka atau ayam ketawa
berwarna dasar putih mengkilap dengan dihiasi dasar hitam, orange, merah
dan kaki hitam atau putih. Kemudian, Lappung, ayam ketawa berwarna
dasar bulu hitam dengan merah hati dan mata putih.
Selanjutnya Ceppaga, ayam ketawa dengan warna dasar hitam dihiasi
bulu hitam dan putih, ditambah betuk putih di badan sampai pangkal
leher serta kaki hitam. Kooro, ayam ketawa berwarna dasar hitam dengan
dihiasi hijau atau putih dan kuning mengkilap, serta kaki kuning atau
hitam.
Terakhir, jenis Ijo Buata. Ayam ketawa ini berwarna dasar hijau
dihiasi merah, diselingi warna hitam disayap, serta kaki berwarna
kuning. Bori Tase’, ayam ketawa berwarna dasar bulu merah dan dihiasi
bintik kuning keemasan. (*)
Sumber: Fajar News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar